Creative Minority in NLC

Daffa R Farandi
5 min read2 days ago

--

Yang menjadikan bangun dan berdirinya sebuah peradaban, tidak ditentukan dari banyak tidaknya orang yang menjadi partisipan, tetapi dari kekonsistensian sebuah kelompok kecil atau creative minority” — Dr. Tiar Anwar Bachtiar

Dulu, sering kutemui orang mengeluh dengan kekurangan resources dalam organisasi, baik people, money, time dst. Tapi ada masanya yang sedikit berpikir lebih kreatif untuk menciptakan gebrakan besar. Biarkan ia terus menjadi besar seiring berjalan waktu hingga nanti orang orang berkata, “Wah udah besar ya…” “Wah udah sukses ya...”

Selama 4 hari 3 malam, aku banyak mengamati proses-proses kecil yang ternyata menghasilkan hasil tertinggi dari teman-temanku. Yang mereka usahakan bukan hanya effort maksimal dari orang-orang kelas atas, namun juga strategi maksimal agar suatu hal yang sederhana atau ringan bisa menjadi berat dan istimewa di mata orang lain.

The Journey

Performansi : Penampilan dan Seni Berkekspresi

Lucu dan tidak terduga-duga memang, kukira kita akan menjalankan aksi selayaknya long march di Jakarta bulan lalu untuk menyuarakan Palestina dengan ada truk besar membawa sound system dan orasi terbatas. Ternyata justru kami diwadahi ruang seluas tugu proklamasi untuk menyuarakan apa yng jadi keresahan bersama. Yapp, keresahan pada tragedi dan genosida di Palestina sana.

Bukan dengan flyer yang banyak, bukan pula dengan jalan panjang bersama, namun dengan kesempatan penampilan sederhana di suatu panggung, untuk mengetuk pintu hati orang-orang disana. Entah dengan puisi, teater monolog, drama, bernyanyi, orasi, dan berbagai hal lain.

Satu hal yang kulihat unik adalah bagaimana teman-teman dari background sastra dan seni menyampaikan pesan dalam sebuah puisi. Mimik ekspresi, suara penyampaian, gestur tubuh, serta titik penghayatan pembaca mampu mereka rekayasa untuk mengetuk hati para tamu undangan. Orang-orang mungkin merasa aneh di awal, tapi begitu hanyut dalam emosi, mereka justru bisa ikut menghayati nilai dari puisi tersebut.

Bisa dilihat higlihgtnya disini https://www.instagram.com/reel/C8yuLGRBp7j/?utm_source=ig_web_copy_link

Ganteng banget ga tuh difoto dari samping pak

Who knows dari proses menyaksikan puisi tersebut, 5% orang disana merasakan semangat yang menyala-nyala. Kemudian mengantarkan mereka pada inisiatif untuk berdonasi > 1juta ataupun membuat proyek kontribusi bahkan hingga menyelamatkan Palestina.

Di era post truth, dimana nilai kehidupan cenderung materialis, penghargaan terhadap seni seperti ini cenderung turun. Padahal, di masa depan pengetahuan terkait rekayasa emosi seseorang dengan berbagai intervensi menjadi suatu peluang yang menjanjikan.

Lihat aja ekspresi begini direkayasa dengan baik — Taufik naks R5 Bogor

Malam Puncak

Ketika malam puncak datang, aku semakin yakin kalau memang hasil-hasil istimewa dan berkesan muncul dari pemikiran strategis segelintir orang. Unexpected momen ketika kelompoku bisa dapat reward runner-up penampilan per regional. Padahal, persiapan hanya 1 jam dengan waktu berpikir bersama cuma 3 hari bersama 2 anak bandung.

Diskusi kelompok kecil ini membawa belasan orang bisa meraih level atas yang mana kita sendiri tidak menargetkan juara. Selain itu, penampilan kita bukan yang menggunakan properti mahal, namun yang sederhana asal orang ketawa. Semuanya gratis tanpa modal. Bukan berarti effortless tapi Understanding how to harmonize strategy, behavioral needs, and current team condition to make clear impact?

Kita juga belajar dari pemenang pertama dan 2 pemenang lain dari regu asrama, kalau maximum effort dengan sentuhan strategi dan kreativitas, bisa mengungguli beberapa kelompok dengan jumlah orang yang banyak atau waktu tampil yang lama dan tema-tema realitas lainnya.

Teman teman dari Yogyakarta dengan konsep shadowing-nya dan temen-temen dari Bandung dengan penampilan light stick dalam gelap sebenernya ga banyak orang memahami. Kalau estetika bisa saja muncul dengan hanya berfokus pada hal-hal kecil sederhana yang dimunculkan dalam ketiadaan. Dalam konteks ini adalah ketiadaan cahaya.

Cerita soal realita kehidupan duniawi yang tipu tipu

Yang menarik dari penampilan teman-teman Bandung ini adalah secara tidak disengaja mereka berhasil membuat User Generated Content (UGC) Event. Sebuah agenda yang partisipasinya bukan hanya dari penampil, tapi juga penonton. Padahal hanya bermain light stick dengan backsound Heavy Rotation - JKT 48, ternyata bisa membuat orang satu ruangan ikut bernyanyi dan meramaikan acara. Kalau meihat impact-cost quadran, agenda ini bisa menciptakan dampak besar dengan effort yang sederhana. Salah satu faktor lainnya juga adalah karena penampilan terakhir.

Lesson Learned

  1. Tak perlu beralasan lagi ketika kita dalam posisi kekurangan orang untuk mencapai suatu target karena pada akhirnya yang sedikit mampu menciptakan strategi kreatif agar tercapai target tersebut. Justru terlalu banyak orang menciptakan alur komunikasi kompleks dan riskan membuat suatu target tidak. Kurang lebih seperti ini ilustrasinya.
Relationship yang terbangun dalam jumlah n member dalam sebuah team

2. Berfikir strategis dan kreatif itu dapat di latih, hanya masalah waktu, momen, dan wadah saja yang kita belum dapatkan. Lesson learned setelah mengikuti Fajr Academy bersama Head of Product Designer ALAMI Sharia, beliau membiasakan diri untuk melatih kreatifitanya dengan membuat sebuah titik atau lingkaran yang kemudian dikreasikan ke berbagai macam bentuk. Itu setiap hari ia lakukan dan kini ia sudah berkarir di Abu Dhabi.

3. Kalo ngobrolin teamwork itu bukan cuma soal target atau hasil, tapi proses dan berbagai dinamika emosional yang dihadapi seseorang perlu kita cermati sebagai bentuk pelatihan diri untuk mengembangkan emotionl intelligence to the next level.

4. Seperti kata salah guest lecture di SBM ITB tahun lalu, entrepreneur selanjutnya akan muncul dari ruko-ruko kecil bahkan kos-kosan layaknya bukalapak. In the future, creative minority would be spreaded large for the sake of noble objective. So, would you like be a one of them?

--

--

Daffa R Farandi

Ketika hati menyeru dan terpancing menggerutu sedang lisan tak mampu mengungkapkan maumu, menulis akan membantumu